Minggu, 10 Maret 2019

Sejarah Martabak


atau Muttabaq ini merupakan panganan khas Yaman yang memiliki arti dilipat. Kata ini menunjukkan proses pembuatanya yang dilipat-lipat. Jenis martabak ini lebih kita kenal dengan nama martabak asin, martabak telur, atau martabak Mesir.

Banyak simpang siur mengenai kedatangan martabak di Indonesia. Namun, cerita yang banyak digaung-gaungkan adalah perkenalan pemuda keturunan Arab asal Lebaksiu, Tegal, bernama  Ahmad bin Abdul Karim dengan seorang pengusaha India Abdullah bin Hasan al-Malibary yang cakap memasak.

Keduanya menjadi sahabat karib, malah sang pengusaha akhirnya berjodoh dengan adik dari pemuda India tersebut. Kepiawaian Abdullah bin Hasan al-Malibary dalam membuat adonan martabak dijadikan peluang oleh sang istri yang kemudian menjajakan makanan tersebut di acara-acara besar seperti sekaten ataupun pasar malam.

Berbagai modifikasi dilakukan untuk menarik pembeli, seperti pengurangan rasa kari yang menyengat, daging kambing diganti menjadi daging ayam atau daging sapi cincang. Sayuran yang banyak juga ditambahkan karena menyesuaikan lidah masyarakat Jawa yang tidak terlalu sering mengkonsumsi daging.

, versi yang terkenal dari Minang. Kubang merupakan sebuah daerah di Kecamatan Guguk, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Ada juga Martabak Mesir yang terkenal di kalangan masyarakat Minang. Sebenarnya serupa dengan martabak Kubang. Namun, karena dahulu masyarakat Minang  melihat orang-orang yang menjajakan panganan ini berkulit hitam dengan wajah khas Timur Tengah, maka disebutlah martabak Mesir.

Cita rasa martabak Mesir pun lebih kuat, selaras dengan kegemaran masyarakat Sumatera Barat dengan sajian kaya bumbu. Isi daging bumbu gulai hingga daging rendang pun menjadi primadona. Apalagi bila jika menyantapnya bersama kuah asam pedas yang nikmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah FastFood

Saat membayangkan makanan cepat saji atau fast food, pikiran kita pasti akan tertuju pada burger. Namun, awal mula makanan cepat saji ...